Selasa, 22 Juli 2008

Pangeran Bongkok

Alkisah, di sebuah kerajaan, seorang raja memerintah dengan bijaksana dan dicintai oleh rakyatnya. Raja mempunyai seorang putra mahkota berwajah tampan dan berotak cerdas, tetapi sayangnya, sang pangeran ini mempunyai cacat fisik. Tubuhnya agak bongkok, sehingga ia tidak bisa berjalan tegap dan gagah. Akibatnya, sang pangeran menjadi pendiam, malu bergaul, dan tidak punya rasa percaya diri. Keadaan tersebut membuat hati sang raja risau. Karena bila kelak tiba saatnya sang pangeran harus nak takhta, ia pasti tidak dapat memimpin rakyatnya dengan baik karena tidak memiliki wibawa dan kepercayaan diri. Para penasehat yang setia sangat memahami kegundahan hati junjungannya itu. Setelah berembuk berulangkali, diam-diam mereka memesan sebuah patung kepada seorang pemahat istana yang sangat ahli. Para penasehat meminta pemahat itu membuat patung sang pangeran yang berwajah tampan namun dengan posisi tubuh berdiri tegap dan gagah perkasa. Nantinya, patung itu akan dihadiahkan kepada sang pangeran pada hari ulang tahunnya. Hari istimewa sang pangeran akhirnya tiba. Dalam suasana yang gembira, di hadapan raja dan permaisuri, hadiah patung berselubung kain sutera dipersembahkan kepada sang pangeran. Di situ terukir tulisan indah; “untuk calon pemimpin kami, atas nama seluruh rakyat yang mencintai pangeran”. Sang pangeran membuka selubung kain penutup sutera itu dan terpampanglah sebuah patung yang sungguh menakjubkan. Patung itu sama persis menggambarkan sosok pangeran dengan wajah yang sangat tampan - bedanya hanya pada tubuh yang tegak penuh wibawa.  Pangeran senang sekali menerima hadiah itu dan patung tersebut diletakkannya di taman belakang istana kerajaan. Setiap kali melihat patung dirinya, pangeran begitu mengagumi patung itu. Dalam hatinya pengeran berkata: “Patung pemberian ini tentu melambangkan keinginan rakyatku, memiliki raja bertubuh normal dan tegap. Sudah tentu, aku ingin menjadi seperti yang diharapkan oleh rakyatku.” Menyadari akan hal itu, setiap hari sang pangeran dengan semangat berjalan mengelilingi taman dengan patung yang berdiri tegak sebagai fokusnya. Ia membayangkan betapa berwibawanya dirinya jika mampu berdiri tegap dan tegak seperti patung itu. Pangeran pun mulai berlatih menirukan sikap berdiri tegap dan berjalan tegak seperti postur sang patung. Kebiasaan berlatih seperti itu di jalani secara konsisten dan terus-menerus dari hari ke hari, minggu demi minggu, dan bulan demi bulan. Tidak terasa, tahun pun berganti. Akhirnya, hasil yang dicapai sunggung menakjubkan. Kini sang pangeran telah memiliki tubuh setegap dan setegak seperti patung ditaman belakang istana. Raja pun sangat berbahagia dengan perubahan tersebut. Sang pangeran tampak seolah telah lahir kembali menjadi manusia baru, dengan wajah tampan berseri, berdiri dan berjalan dengan tubuh yang tegak dan tegap, serta penuh rasa percaya diri. Dan bila tiba saatnya, sang pangeranpun telah siap untuk mengemban tanggung jawab sebagai raja yang baru yang akan memerintah rakyatnya dengan penuh percaya diri dan berwibawa. Dari cerita tersebut, kita dapat menyimpulkan betapa kekuatan dari kebiasaan yang terlatih dan fokus pada tujuan, ternyata mampu mengubah apa yang semula tampak tidak mungkin menjadi mungkin, apa yang tidak bisa menjadi bisa. Sama halnya di dalam kehidupan kita. Jika kita ingin mengubah sebuah mimpi menjadi kenyataan, membuat harapan menjadi wujud nyata, membuat sesuatu yang sudah mundur menjadi maju kembali, maka kita harus berani mengambil keputusan untuk membangun kebiasaan-kebiasaan positif secara disiplin dan terus-menerus. Dengan kebiasaan-kebiasaan baru yang positif, terlatih dan konstruktif, yakinlah bahwa, kekuatan itu mampu mengantarkan kita pada kesuksesan yang gemilang. Success is my right. ::Andrie Wongso::