Selasa, 22 Juli 2008

Ebiet G. Ade: Teguh bermusik dengan kesederhanaan

Nama lengkapnya Abid Ghoffar Aboe Dja'far, satu nama yang amat berbau Timur Tengah. Pastilah tidak banyak mengenal siapa pemilik nama bersangkutan. Namun, begitu disebut nama Ebiet G. Ade tentu bukan nama yang asing. Abid Ghoffar Aboe Dja'far adalah nama asli pelantun sekaligus pencipta sederet lagu bertutur yang sempat menjadi hits seperti Camellia, Aku Ingin Pulang, Cinta Sebening Embun, Seraut Wajah, atau Kupu-kupu Kertas. Sejak muncul pada 1970-an, musisi senior Indonesia kelahiran Wanadadi Banjarnegara 58 tahun lalu itu tetap menempati posisi terhormat dalam belantika musik Indonesia. Meskipun begitu, dia sangat membumi yang menjadi ciri khasnya. Sederetan lagu-lagu Ebiet senantiasa dihafal orang. Saat bencana tsunami menghantam Aceh dan Nias pada 2004, lagu Ebiet berjudul Untuk Kita Renungkan selalu diputar di mana-mana. Tak ayal, penggemar Ebiet yang kini sudah menginjak usia mapan tidak begitu saja kehilangan selera saat petikan-petikan gitar Ebiet kembali menggema di tengah semakin maraknya musik baru di Tanah Air. Peristiwa itu tampak saat konser Ebiet bertajuk Live in Concert Ebiet G. Ade: Aku Ingin Pulang di hadapan para calon pembeli apartemen Lavande Jakarta Selatan. Saat musisi sejawatnya seperti mendiang Chrisye dan Vina Panduwinata menggelar konser akbar di gedung mewah, atau pada akhir 2007 beberapa penyanyi lawas beraksi dalam satu panggung Konser Melody Kenangan, nama Ebiet seakan dilewatkan. Bagi Ebiet hal itu tidak menjadi hal yang patut menimbulkan rasa iri atau sakit hati. Ebiet justru menikmati saat-saat tampil di depan para penggemarnya dengan suasana hangat dan dekat. Jauh dari sebuah tontonan mewah, megah dan dihadiri oleh kurang dari 100 orang, ternyata memang menjadi style kawan dekat Emha Ainun Nadjib ini. "Saya sendiri merasa tidak nyaman tampil dalam panggung besar dengan orkestra megah dan didukung banyak orang. Konsep konser saya kesederhanaan," ujar Ebiet yang kala itu tampil dengan bekal gitar dan setelan celana krem serta jaket hitam. Ebiet tidak peduli berapa banyak orang yang datang memenuhi tribun penonton atau berapa banyak sponsor yang ikut mendukung acara malam itu. Yang paling penting adalah saat tampil, Ebiet mampu memberi kepuasan pada semua pendengar. "Saya senang saat orang tidak disuguhi panggung yang gemerlap tetapi benar-benar disuguhi sesuatu yang memuaskan telinga sebenarnya dan telinga hati," ujarnya. Konsep panggung seperti itulah yang menyebabkan banyak ketidakcocokan antara Ebiet dan sang promotor saat tengah merencanakan konser tunggal. Tahun ini saja ada tiga tawaran manggung dari tiga promotor yang meminta Ebiet tampil sendiri. Namun, semua ditolak karena tidak sesuai dengan konsepnya. Batalkan konser Bahkan bapak empat anak ini pernah membatalkan jadwal konser karena salah satu anak perempuan Ebiet yang tengah berada di luar negeri tidak bisa datang saat konser dan batal memainkan harmoni piano bersama sang ayah. Akan tetapi, pada suatu masa Ebiet justru merasa puas dengan penampilan di depan ibu-ibu petani dan pedagang pinggir Kali Progo Yogyakarta meski hanya diterangi lampu obor dan dibayar dengan sepiring kacang godhok. Perjalanan karier semacam itulah yang membuat pria yang pernah sangat akrab dengan komunitas musisi jalanan Malioboro ini tampil menjadi sosok musisi bersahaja. "Jika nama saya jarang disebut justru membuat saya bangga karena barangkali saya dikelompokkan dalam kelompok yang istimewa," ujarnya sembari tersenyum. Meskipun begitu Ebiet cukup percaya diri jika karya-karyanya tidak akan dilewatkan begitu saja dan dilupakan orang. Ebiet juga tetap memiliki obsesi untuk tampil di depan penggemar dalam sebuah pentas panggung, tetapi masih mengusung konsep kesederhanaan. Akan tetapi, menurutnya, konsep kesederhanaan yang dimaksud jangan disalahtafsirkan sebagai konsep konser murahan dan jelek. Konsernya harus tetap sebuah aksi panggung yang memberi nilai lebih bagi perjalanan baik bagi karier maupun para pencintanya. Sebagai langkah awal obat rindu untuk para penggemar, tengah mempersiapkan album religius yang akan mulai dirilis tahun ini. Meskipun tidak menyebutkan siapa musisi yang akan digandengnya nanti, Ebiet akan tetap menciptakan beberapa lagu baru ditambah beberapa lagu religius yang sudah populer sebelumnya meski tampil dengan aransemen baru. Ebiet berharap albumnya itu nanti akan memberi warna baru bagi dunia musik Indonesia, di tengah tren musik belakangan yang tampak seragam. Satu pesan yang disampaikan Ebiet, musisi-musisi muda Tanah Air diharapkan tidak hanya berorientasi pada kepopuleran semata, tetapi juga mampu menyuguhkan satu nuansa musik yang fenomenal dan kekal abadi. Dan hal itulah yang telah Ebiet buktikan bersama-sama kawan sejawat pada eranya. (wulandari@bisnis.co.id)